KONSEP
DAN KAJIAN TATABAHASA RELASIONAL
TUGAS
INDIVIDU
Mata Kuliah : Linguistik Lanjut
Dosen Pengampu : Dr. Hasan Busri, M. Pd
Oleh:
Vika
Khulla Mahbubah
21402071009
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
FAKULTAS
PASCASARJANA
PRODI
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
JANUARI
2015
KONSEP DAN
KAJIAN TATABAHASA RELASIONAL
Vika Khulla
Mahbubah
21402071009
(Mahasiswa
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia)
Email: Vickaqyu@gmail.com
Abstrak: Tatabahasa Relasional (TR) muncul pada
tahun 1970-an sebagai pecahan dari Tatabahasa Transformasional (TT). Kedua
aliran ini sebenarnya menggupayakan menggali kaidah yang dapat dipakai semua
bahasa di dunia, yang disebut kaidah universal
language atau kaidah bahasa semesta. TT menjadikan bahasa Inggris sebagai
garapannya, tetapi setelah dicoba oleh kelompok Aliran TR terhadap
bahasa-bahasa selain Inggris , kaidah kaidah bahasa tersebut tidak dapat
diterima sebagai semestan bahasa. Untuk mengatasi kelemahan itu, sekelompok
pengikut aliran TT yang berpendirian radikal berusaha membentuk suatu kelompok
baru yang seakan-akan terlepas dari aliran TT yang kemudian dikenal dengan
aliran Tatabahasa Relasional.
Kata-kata kunci: bahasa, Tatabahasa
Relasional, gramatikal, Tatabahasa Transformasional
Seperti
telah dikemukakan sebelumnya, pada mulanya kelompok yang menamakan dirinya
aliran TR termasuk kelompok strukturalis yang menganut Tatabahasa
Transformasional. Cikal bakal TT ditumbuhkan oleh Chomsky dengan lahirnya buku
yang berjudul ‘Syntactic Structures’
(1957). Tahun 1965 ia tampil lagi dengan beberapa penyempurnaan dari gagasan
sebelumnya, gagasan-gagasan perbaikan tersebut dikenal dengan nama ‘Standart Theory’ (teori dasar) yang
ditulis dalam bukunya yang berjudul ‘Aspects
of the theory of Syntac’. Tahun 1972, para penganutnya menampilkan diri
dengan nama ‘Extended Standard Theory’
(teori dasar yang diperluas). Menjelang munculnya ‘Extended Standard Theory’ tepatnya tahun 1970, terjadi perpecahan
penganut fikiran Chomsky. Kelompok tersebut
terpecah menjadi dua, satu kelompok tetap mengikuti aliran induknya, yaitu
aliran Chomsky, yang lalu menamakan dirinya kaum ‘Leksikalis’, sedangkan
kelompok lainnya (kelompok Lekoff dan kawan-kawan) ialah kelompok yang diberi
nama ‘Transformalis’(Samsuri, 1988:109-110).
Menurut Samsuri (1988) pada tahun 1974,
bangkit lagi suatu kelompok baru dari kalangan pengikut Chomsky yang menganut
kerangka-kerangka pemikiran baru yang merupakan perkembangan lanjut dari
pemikiran-pemikiran mereka pada tahun 1970. Kelompok baru itu lalu
memperkenalkan aliran-alirannya dengan nama ‘Relasional Grammar’ (Tatabahasa Relasional). Kelompok itu
dipelopori oleh Perlmutter dan Postal.
Tatabahasa Relasional
Menurut Perlmutter 1983 (dalam Samsuri 1988)
kebangkitan aliran Tatabahasa Relasional pada tahun 1970, merupakan tantangan
langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis TT.
Masalah subjek dan objek langsung berdasarkan relasi dominasi, TT menjelaskan
sebagai berikut: subjek adalah FN (frasa nomina) yang secara langsung
didominasi oleh K (kalimat), dan objek langsung adalah FN yang secara langsung
didominasi oleh FV (frasa verbal). Hal ini dapat digambarkan dalam diagram
pohon sebagai berikut:
K
FN FV
V FN
Subjek Objek
(langsung)
Menurut
Aliran Tatabahasa Relasional, Tatabahasa Transformasi dengan struktur klausa
yang dijabarkan dengan urutan linier dan relasi dominasi, telah mengalami
kegagalan dalam penerapannya terhadap bahasa-bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia,
bahasa Turki, bahasa Nitinah, dan sebagainya Samsuri 1988 (dalam Busri 2008).
Prinsip dasar TR adalah bahwa relasi-relasi gramatikal, seperti, ”subjek dari”
dan “objek dari” memegang peranan penting dalam sintaksis bahasa alami.
Relasi-relasi gramatikal diperlukan untuk mencapai tiga sasaran teori bahasa,
yaitu (1) merumuskan kesejagatan bahasa (kesemestaan bahasa), (2) menetapkan
karakteristik setiap konstruksi gramatikal yang ada pada bahasa alami, dan (3)
membangun suatu Tatabahasa yang memadai untuk setiap bahasa.
Ketiga
sasaran teori bahasa tersebut, dicapai oleh TR melalui tiga unsur linguistik,
yaitu: (1) seperangkat simpai (nodes) yang
mengambarkan semua unsur linguistik (klausa, frasa, kata, dan morfem), (2)
seperangkat tanda relasi (relasional
signs), yang mengambarkan relasi-relasi gramatikal, (seperti, subjek,
predikat, objek) di antara unsur-unsur, dan (3) seperangkat koordinat (coordinates) (K1, K2, K3, dst) yang
mengambarkan tataran-tataran yang berbeda dari relasi-relasi yang dihasilkan
(Samsuri, 1988, Purwo, 2000 dalam Hasan 2008).
Ketiga macam unsur di atas digambarkan ke dalam sebuah
bentuk diagram. Misalnya, klausa “Ali memberi buku itu kepada saya” dijabarkan
ke dalam diagram berikut:
P
3
1 2
beri Ali buku itu saya
klausa tersebut mempunyai tiga nomina
dan satu verba yang masing-masing saling bergantung satu sama lain, dan
masing-masing membawakan satu relasi. Nomina “subjek dari” (relasi-1), nomina
buku itu membawakan relasi “objek langsung dari” (relasi-2), nomina saya
membawakan relasi “objek tak langsung dari ” (relasi-3), sedangkan verba beri
membawakan relasi “predikat dari” (relasi-P) kalimat di atas hanya terdiri dari
satu tataran (Chaer, 2012:373-374).
Sekarang
perhatikan kalimat berikut yang terdiri dari tiga buah tataran, “saya diberikan
buku itu sama Ali”. Jika di analisis dari segi tata bahasa tranformasi, bentuk
kalimat tersebut merupakan hasil dari dua macam tranformasi yang dilakukan
secara berurutan, yaitu tranformasi datif, dan tranformasi pasif. Jadi,
keseluruhanya ada tiga bentuk atau kontruksi yang terlibat, yaitu (a) kontruksi
kalimat inti, (b) Kontruksi kalimat hasil tranformasi datif, dan (c) kalimat
hasil tranformasi pasif dan kontruksi datif. Menurut analisis tatabahasa
rasional kalimat di atas juga mempunya tiga tataran structural yang urutanya
sama dengan teori tata bahasa trenformasi di atas, yaitu kalimat a, b, c
sebagai berikut: a) Ali member buku itu kepada saya. b) Ali memberikan buku itu
kepada saya. c) saya diberikan buku itu oleh Ali. Maka, diagram stratal
kontruksi tersebut adalah:
I
P
II P 1 3
III P 1 2 2
cho cho 1 saya
beri cho
Ali buku
itu
Relasi gramatikal yang dilambangkan
dengan angka 1, 2, dan 3 itu memiliki kedudukan yang khusus; ketiganya disebut
“suku” (terms). Relasi diluar ketiga
ini (benetfacktif, lokatif, intrumenstal, dsp) disebut bukan suku (non-terms).
Relasi yang bukan suku itu disebut juga “chomeor” (kata prancis yang berarti
‘penganggur’), yakni kontituen yang tidak memiliki fungsi gramatikalnya,
sehingga dijuluki “konstituen yang menganggur”. Sedangkan yang disebut suku di
atas memiliki fungsi gramatikal tertentu, misalnya , suku berperanan di dalam
persuaian verbal (verbal agreement), di
dalam pelepasan konstituen (nominal) yang berkorefensi, di dalam kemungkinan menjadi
subjek dalam kontruksi pasif.
Seperti
terlihat dalam diagram di atas, Ali
membawakan relasi-1 pada tataran I dan II, sedangkan pada tataran III membawakan
relasi-chomeur. Buku itu membawakan
relasi-2 pada tataran I, sedangkan pada tataran II dan III membawakan
relasi-chomeur. Saya membawakan
relasi-3 pada tataran I, membawakan relasi-2 pada tataran II, dan membakan
relasi-1 pada tataran III (Chaer, 2012:374-375).
Simpulan
Berdasarkan apa
yang telah di bahas, dapat menyimpulkan beberapa hal pokok yang tergambar dalam
butir-butir simpulan, seperti: (1) Tatabahasa Relasional muncul pada tahun
1970-an sebagai pecahan dari Tatabahasa Transformasional, (2) TT menjadikan
bahasa Inggris sebagai garapannya, tetapi setelah dicoba oleh kelompok Aliran
TR terhadap bahasa-bahasa selain Inggris , kaidah kaidah bahasa tersebut tidak
dapat diterima sebagai semestan bahasa, (3) Prinsip dasar TR adalah bahwa
relasi-relasi gramatikal, seperti, ”subjek dari” dan “objek dari” memegang
peranan penting dalam sintaksis bahasa alami. Relasi-relasi gramatikal
diperlukan untuk mencapai tiga sasaran teori bahasa, (4) Ketiga sasaran teori
bahasa tersebut, dicapai oleh TR melalui tiga unsur linguistik, yaitu: (a)
seperangkat simpai (nodes) yang
mengambarkan semua unsur linguistik (klausa, frasa, kata, dan morfem), (b)
seperangkat tanda relasi (relasional
signs), yang mengambarkan relasi-relasi gramatikal, (seperti, subjek,
predikat, objek) di antara unsur-unsur, dan (c) seperangkat koordinat (coordinates) (K1, K2, K3, dst) yang
mengambarkan tataran-tataran yang berbeda dari relasi-relasi yang dihasilkan,
(5) contoh dari TR adalah, klausa “Ali member buku itu kepada saya” klausa
tersebut mempunyai tiga nomina dan satu verba yang masing-masing saling
bergantung satu sama lain, dan masing-masing membawakan satu relasi. Nomina
“subjek dari” (relasi-1), nomina buku itu membawakan relasi “objek langsung dari”
(relasi-2), nomina saya membawakan relasi “objek tak langsung dari ”
(relasi-3), sedangkan verba beri membawakan relasi “predikat dari” (relasi-P)
kalimat di atas hanya terdiri dari satu tataran.
Daftar
Rujukan
Busri, Hasan. 2007. Kajian Bahasa: Pengantar
Memahami Hakikat Bahasa. Malang: UIN Maliki Malang.
Chaer, Abdul. 2012. Lingustik Umum Jakarta: Rineka
Cipta.
Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Lingustik. Abad XX.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar