Rabu, 11 Februari 2015

KONSEP DAN KAJIAN TATABAHASA RELASIONAL



KONSEP DAN KAJIAN TATABAHASA RELASIONAL

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah              : Linguistik Lanjut
Dosen Pengampu      : Dr. Hasan Busri, M. Pd



Oleh:
Vika Khulla Mahbubah
21402071009

 


UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
PRODI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
JANUARI 2015
KONSEP DAN KAJIAN TATABAHASA RELASIONAL

Vika Khulla Mahbubah
21402071009

(Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia)

Abstrak: Tatabahasa Relasional (TR) muncul pada tahun 1970-an sebagai pecahan dari Tatabahasa Transformasional (TT). Kedua aliran ini sebenarnya menggupayakan menggali kaidah yang dapat dipakai semua bahasa di dunia, yang disebut kaidah universal language atau kaidah bahasa semesta. TT menjadikan bahasa Inggris sebagai garapannya, tetapi setelah dicoba oleh kelompok Aliran TR terhadap bahasa-bahasa selain Inggris , kaidah kaidah bahasa tersebut tidak dapat diterima sebagai semestan bahasa. Untuk mengatasi kelemahan itu, sekelompok pengikut aliran TT yang berpendirian radikal berusaha membentuk suatu kelompok baru yang seakan-akan terlepas dari aliran TT yang kemudian dikenal dengan aliran Tatabahasa Relasional.
Kata-kata kunci: bahasa, Tatabahasa Relasional, gramatikal, Tatabahasa Transformasional
                Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pada mulanya kelompok yang menamakan dirinya aliran TR termasuk kelompok strukturalis yang menganut Tatabahasa Transformasional. Cikal bakal TT ditumbuhkan oleh Chomsky dengan lahirnya buku yang berjudul ‘Syntactic Structures’ (1957). Tahun 1965 ia tampil lagi dengan beberapa penyempurnaan dari gagasan sebelumnya, gagasan-gagasan perbaikan tersebut dikenal dengan nama ‘Standart Theory’ (teori dasar) yang ditulis dalam bukunya yang berjudul ‘Aspects of the theory of Syntac’. Tahun 1972, para penganutnya menampilkan diri dengan nama ‘Extended Standard Theory’ (teori dasar yang diperluas). Menjelang munculnya ‘Extended Standard Theory’ tepatnya tahun 1970, terjadi perpecahan penganut  fikiran Chomsky. Kelompok tersebut terpecah menjadi dua, satu kelompok tetap mengikuti aliran induknya, yaitu aliran Chomsky, yang lalu menamakan dirinya kaum ‘Leksikalis’, sedangkan kelompok lainnya (kelompok Lekoff dan kawan-kawan) ialah kelompok yang diberi nama ‘Transformalis’(Samsuri, 1988:109-110).
             Menurut Samsuri (1988) pada tahun 1974, bangkit lagi suatu kelompok baru dari kalangan pengikut Chomsky yang menganut kerangka-kerangka pemikiran baru yang merupakan perkembangan lanjut dari pemikiran-pemikiran mereka pada tahun 1970. Kelompok baru itu lalu memperkenalkan aliran-alirannya dengan nama ‘Relasional Grammar’ (Tatabahasa Relasional). Kelompok itu dipelopori oleh Perlmutter dan Postal.
Tatabahasa Relasional
             Menurut Perlmutter 1983 (dalam Samsuri 1988) kebangkitan aliran Tatabahasa Relasional pada tahun 1970, merupakan tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis TT. Masalah subjek dan objek langsung berdasarkan relasi dominasi, TT menjelaskan sebagai berikut: subjek adalah FN (frasa nomina) yang secara langsung didominasi oleh K (kalimat), dan objek langsung adalah FN yang secara langsung didominasi oleh FV (frasa verbal). Hal ini dapat digambarkan dalam diagram pohon sebagai berikut: 
                        K
           
                FN                   FV

                        V                     FN
            Subjek             Objek (langsung)
            Menurut Aliran Tatabahasa Relasional, Tatabahasa Transformasi dengan struktur klausa yang dijabarkan dengan urutan linier dan relasi dominasi, telah mengalami kegagalan dalam penerapannya terhadap bahasa-bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Turki, bahasa Nitinah, dan sebagainya Samsuri 1988 (dalam Busri 2008). Prinsip dasar TR adalah bahwa relasi-relasi gramatikal, seperti, ”subjek dari” dan “objek dari” memegang peranan penting dalam sintaksis bahasa alami. Relasi-relasi gramatikal diperlukan untuk mencapai tiga sasaran teori bahasa, yaitu (1) merumuskan kesejagatan bahasa (kesemestaan bahasa), (2) menetapkan karakteristik setiap konstruksi gramatikal yang ada pada bahasa alami, dan (3) membangun suatu Tatabahasa yang memadai untuk setiap bahasa.
            Ketiga sasaran teori bahasa tersebut, dicapai oleh TR melalui tiga unsur linguistik, yaitu: (1) seperangkat simpai (nodes) yang mengambarkan semua unsur linguistik (klausa, frasa, kata, dan morfem), (2) seperangkat tanda relasi (relasional signs), yang mengambarkan relasi-relasi gramatikal, (seperti, subjek, predikat, objek) di antara unsur-unsur, dan (3) seperangkat koordinat (coordinates) (K1, K2, K3, dst) yang mengambarkan tataran-tataran yang berbeda dari relasi-relasi yang dihasilkan (Samsuri, 1988, Purwo, 2000 dalam Hasan 2008).
            Ketiga macam unsur di atas digambarkan ke dalam sebuah bentuk diagram. Misalnya, klausa “Ali memberi buku itu kepada saya” dijabarkan ke dalam diagram berikut:
                                         P                                         3
                                                   1              2

            beri                              Ali                               buku itu           saya

klausa tersebut mempunyai tiga nomina dan satu verba yang masing-masing saling bergantung satu sama lain, dan masing-masing membawakan satu relasi. Nomina “subjek dari” (relasi-1), nomina buku itu membawakan relasi “objek langsung dari” (relasi-2), nomina saya membawakan relasi “objek tak langsung dari ” (relasi-3), sedangkan verba beri membawakan relasi “predikat dari” (relasi-P) kalimat di atas hanya terdiri dari satu tataran (Chaer, 2012:373-374).
            Sekarang perhatikan kalimat berikut yang terdiri dari tiga buah tataran, “saya diberikan buku itu sama Ali”. Jika di analisis dari segi tata bahasa tranformasi, bentuk kalimat tersebut merupakan hasil dari dua macam tranformasi yang dilakukan secara berurutan, yaitu tranformasi datif, dan tranformasi pasif. Jadi, keseluruhanya ada tiga bentuk atau kontruksi yang terlibat, yaitu (a) kontruksi kalimat inti, (b) Kontruksi kalimat hasil tranformasi datif, dan (c) kalimat hasil tranformasi pasif dan kontruksi datif. Menurut analisis tatabahasa rasional kalimat di atas juga mempunya tiga tataran structural yang urutanya sama dengan teori tata bahasa trenformasi di atas, yaitu kalimat a, b, c sebagai berikut: a) Ali member buku itu kepada saya. b) Ali memberikan buku itu kepada saya. c) saya diberikan buku itu oleh Ali. Maka, diagram stratal kontruksi tersebut adalah:



 
                                    I  P                 
                        II  P                             1                      3
            III  P                           1                      2                      2
                                         cho                          cho                             1   saya
            beri                                                      cho                                                                             
                                                Ali                               buku itu
Relasi gramatikal yang dilambangkan dengan angka 1, 2, dan 3 itu memiliki kedudukan yang khusus; ketiganya disebut “suku” (terms). Relasi diluar ketiga ini (benetfacktif, lokatif, intrumenstal, dsp) disebut bukan suku (non-terms). Relasi yang bukan suku itu disebut juga “chomeor” (kata prancis yang berarti ‘penganggur’), yakni kontituen yang tidak memiliki fungsi gramatikalnya, sehingga dijuluki “konstituen yang menganggur”. Sedangkan yang disebut suku di atas memiliki fungsi gramatikal tertentu, misalnya , suku berperanan di dalam persuaian verbal (verbal agreement), di dalam pelepasan konstituen (nominal) yang berkorefensi, di dalam kemungkinan menjadi subjek dalam kontruksi pasif.
            Seperti terlihat dalam diagram di atas, Ali membawakan relasi-1 pada tataran I dan II, sedangkan pada tataran III membawakan relasi-chomeur. Buku itu membawakan relasi-2 pada tataran I, sedangkan pada tataran II dan III membawakan relasi-chomeur. Saya membawakan relasi-3 pada tataran I, membawakan relasi-2 pada tataran II, dan membakan relasi-1 pada tataran III (Chaer, 2012:374-375).


Simpulan
            Berdasarkan apa yang telah di bahas, dapat menyimpulkan beberapa hal pokok yang tergambar dalam butir-butir simpulan, seperti: (1) Tatabahasa Relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai pecahan dari Tatabahasa Transformasional, (2) TT menjadikan bahasa Inggris sebagai garapannya, tetapi setelah dicoba oleh kelompok Aliran TR terhadap bahasa-bahasa selain Inggris , kaidah kaidah bahasa tersebut tidak dapat diterima sebagai semestan bahasa, (3) Prinsip dasar TR adalah bahwa relasi-relasi gramatikal, seperti, ”subjek dari” dan “objek dari” memegang peranan penting dalam sintaksis bahasa alami. Relasi-relasi gramatikal diperlukan untuk mencapai tiga sasaran teori bahasa, (4) Ketiga sasaran teori bahasa tersebut, dicapai oleh TR melalui tiga unsur linguistik, yaitu: (a) seperangkat simpai (nodes) yang mengambarkan semua unsur linguistik (klausa, frasa, kata, dan morfem), (b) seperangkat tanda relasi (relasional signs), yang mengambarkan relasi-relasi gramatikal, (seperti, subjek, predikat, objek) di antara unsur-unsur, dan (c) seperangkat koordinat (coordinates) (K1, K2, K3, dst) yang mengambarkan tataran-tataran yang berbeda dari relasi-relasi yang dihasilkan, (5) contoh dari TR adalah, klausa “Ali member buku itu kepada saya” klausa tersebut mempunyai tiga nomina dan satu verba yang masing-masing saling bergantung satu sama lain, dan masing-masing membawakan satu relasi. Nomina “subjek dari” (relasi-1), nomina buku itu membawakan relasi “objek langsung dari” (relasi-2), nomina saya membawakan relasi “objek tak langsung dari ” (relasi-3), sedangkan verba beri membawakan relasi “predikat dari” (relasi-P) kalimat di atas hanya terdiri dari satu tataran.

Daftar Rujukan
Busri, Hasan. 2007. Kajian Bahasa: Pengantar Memahami Hakikat Bahasa. Malang: UIN Maliki Malang.
Chaer, Abdul. 2012. Lingustik Umum Jakarta: Rineka Cipta.
Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Lingustik. Abad XX. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Tidak ada komentar: